Pelebaran dan pembangunan jalan antara Mabuun dan Sulingan sebagai salah satu proyek yang prestisius.Pada awalnya jalan tersembut tentu dimaksudkan untuk kenyamanan transportasi darat atau berlalulintas.Namun apa yang dirasakan masyarakat setelah jalan tesebut rampung malah membuat susah.
Tanjung,
Masyarakat mempertanyakan,apakah layak jalan tersebut untuk dibagi menjadi empat jalur?.Menurut sebagaian besar masyarakat pengguna jalan , pengusaha,pedagang yang ada disepanjang jalan tersebut menjadi terganggu.Kalau ada yang mobil parkir ditepi jalan maka jalan tersebut menjadi sempit dan sangat sulit bagi mobil lain untuk melintasinya.Dan kalau parkir dijalan sebelah luar dilarang dan bisa kena tilang.
Kemudian masyarakat menambahkan,betapa sulitnya mobil untuk bisa berbalik arah,sebab sempitnya jalan dan memaksa sopir maju-mundur dulu.Kondisi tersebut tidak jarang menyebabkan kecelakaan.Hal itu diperparah lagi dengan tidak adanya trotoar untuk para pejalan kaki."apakah itu tidak dipaksakan namanya"tandas mereka.
Belajar pada daerah lain seperti di Banjarmasin,Jalan Ahmad Yani itu besar dan lalulintasnya sangat padat,tetapi jalan itu tidak dibagi menjadi empat jalur.Kita sulit sekali membayangkan akibatnya jika jalan dikota ini dibagi menjadi empat jalur.Tapi yang pasti kemacetan yang parah.
Memang bagus dan indah jalan itu bisa dibagi menjadi empat jalur,apalagi ditengahnya ada taman atau ditanami dengan berbagai bunga dan pohon-pohon hijau.Hal tersebut memang perlu kita apresiasi,tapi jangan melupakan fungsi atau tujuan utama mengapa jalan itu dibuat.
Masyarakat meminta Pemerintah memikirkan kembali tentang layak tidaknya penerapan empat jalur jalan menuju kota Tanjung tersebut,terutama dari Mabuun hingga ke Sulingan.Jalan itu memang agak lebar kata mereka, tapi setelah dipotong dengan tiga pemisah,seperti 1 Boulevard ditengah dan 2 dranaise, akhirnya jalan jadi agak sempit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar