Rabu, 23 Maret 2011

POLDA KALSEL BELUM MAMPU UNGKAP KASUS PENGANIAYAAN AKTIVIS LSM

Pak Polisi….
Tolong Ungkap Kasus Penganiayaan Aktivis ini!!!
SUARA KALIMANTAN - Banjarmasin, Dengan lantang Fauzi Noor seorang petinggi LSM Lembaga Pemerhati Masyarakat (LEMPEMA) menyuarakan ke Wartawan Suara Kalimantan diketika Jumpa Pers kemaren, Selasa, 22/3/2011 di Markas Besar Koalisi Lintas LSM Kalimantan Jalan Gatot Subroto-Mandastana IV Banjarmasin, “Ingatkah kalian tentang kasus Penusukan oleh orang yang tidak dikenal dan mengakibatkan luka sedalam kurang lebih 6 cm dan panjang kurang lebih 30 cm terhadap saudara kami salah Satu Aktivis LSM di Kalimantan, ASPIHANI IDERIS, S.Ag,S.AP,MH (Direktur Eksekutif LEKEM KALIMANTAN) yang terjadi pada malam Kamis tanggal 10 Maret 2010 sekira jam 19:05 Wita disekitar antara depan Rumah Dinas Wakil Gubernur Kalimantan Selatan dan POM Bensin Banjarmasin…??? Kasus ini sudah berjalan setahun lebih belum bisa diungkap oleh Kepolisian. Hal demikian merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi kepolisian dalam pengungkapan sebuah kasus, apalagi kasus tersebut merupakan kasus yang sangat menghebuhkan para aktivis di Bumi Lambung Mangkurat ini”, pungkasnya.
Senada dengan Ipriani S Kaderi Sekretaris LSM Masyarakat Peduli Lingkungan (Mapel), dia menyatakan saya merasa sangat aneh terhadap kepolisian Kalimantan Selatan seakan-akan tidur dari sebuah tragedy ini, sangat aneh apabila kepolisian tidak bias mengungkap kasus tersebut, ini hanya dalam lingkaran kecil, terores aja bisa di ungkap, masa kasus ini tidak bisa terpecahkan, saya mengharap, pak polisi “Tolong Ungkap Kasus Penganiayaan Aktivis ini!!!”, ucapnya dengan nada tinggi ketika diminta tanggapannya, Selasa, 22/3 di Markas Koalisi Lintas LSM.
Aspihani ketika diminta konfirmasinya tentang penanganan kasus penganiayaan ini menyatakan, wah…!!! benar, saya juga merasa aneh melihat kepolisian, kok kepolisian tidak bisa mengungkap kasus musibah yang saya alami ini, saya berserah diri pada sang Khaliq aja, saya yakin setiap perbuatan selama kita hidup didunia pasti mendapatkan ganjaran yang setimpal di akhirat kelak. Ditanya adakah upaya saudara untuk melaporkan ulang kasus ini keranah yang lebih tinggi, kalau urusan melapor hal demikian sudah saya laporkan ketika saya sudah keluar dari rumah sakit ketika itu, masa urusan lapor melapor sampai beberapa kali, saya rasa cukup sekali itu saja saya melapor sebagai bahan penyidikan bagi kepolisian, kan polisi lebih paham tentang penanganan sebuah kasus hukum. Terus apakah saudara jera aktif di sebuah lembaga swadaya masyarakat ini? kalau masalah ini ya sudah menjadi reseko saya sebagai aktivis yang tugas utama kami mengungkap kebenaran, intinya tidak ada istilah jera bagi diri pribadi saya kalau itu untuk kebenaran. Saya sebagai seorang aktivis ya pastilah bereseko tinggi dan pasti sewaktu-waktu nyawa sayapun di incar orang yang merasa dirinya bersalah. Itulah reseko seorang aktivis, tandasnya…
Lebih lanjut wartawan Suara Kalimantan menanyakan kronologis kejadiannya, dengan secara rinci Aspihani menjelaskan, “Diketika itu, tepatnya disore hari Rabu (10/3/2010) Taxas Chiken simpang 4 Lambung mangkurat, kami sedang menggelar rapat membicarakan tentang ke adaan Bumi Lambung Mangkurat yang lagi dalam keadaan kurang baik dengan penegakan hokum kurang begitu maksimal dan merencanakan besoknya mau menggelar aksi damai di KEJATI Kalsel, dan memang sewaktu rapat tersebut bubar saya ditelpon seseorang yang inti penelpon tersebut meminta saya untuk membatal aksi demo tersebut, karena ada sesuatu hal? Dan waktu itu saya menjawab untuk membatalkan aksi demo tersebut dirasa tidak mungkin, karena sudah terencana dengan matang, akhirnya terputuslah pembicaraan lewat telpon tersebut. Diketika saya pulang berboncengan sama rekan saya Fathur Rahman seorang aktivis juga dan pada waktu itu sudah waktu Magrib, oleh karena itu kami mau mencari Mushalla mau Shalat, ternyata tanpa saya sadari saya telah di ikuti oleh orang jahat yang tidak dikenal, diantara rumah Dinas Wagub dan POM Bensin saya langsung ditikam orang tersebut dari belakang, saya terkejut dan langsung mengejar orang yang menganiaya saya itu sampai ke simpang arah ke jalan Belitung, berhubung luka belakang punggung saya cukup parah mengeluarkan darah, maka saya putuskan untuk menghentikan pengejaran, dan kami langsung terus menuju Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Ungkapnya dengan nada berharap kasus tersebut bisa terungkap. (TIM SUARA KALIMANTAN

, 23/3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar