Rabu, 26 November 2008

NASIONALISME KITA

MENCARI DAN MENAKAR RASA NASIONALISME
Kabar burung akan adanya warga negara Indonesia yang jadi paramiliter malaysia,membuat kita perlu bertanya tentang nasionalisme mereka. Tapi kita perlu juga bertanya bagaimana nasionalisme itu bisa terkikis ?kemudian bagaimana caranya agar rasa nasionalisme itu tumbuh kuat dihati tiap warga negara Indonesia. Jangan-jangan rasa terkikisnya rasa nasionalisme mereka yang jadi paramiliter asing sebagai akibat atau ulah para pemimpin yang kurang peduli terhadap warga negaranya.Atau para pemimpin terlalu sibuk berebut pundi-pundi uang dan kekuasaan hingga lupa melayani masyarakat/rakyat tapi malah sebaliknya minta dilayani.berbahaya sekali jika perbatasan negara kita dijaga atau dikawal oleh paramiliter dengan KTP WNI tapi bekerja untuk kepentingan asing ."Please save our nation"

ada baiknya kita belajar dari sikap tegas negara lain yang mencerminkan sikap nasionalisme dan harga diri sebuah bangsa.......!!!!!!!!!


Melalui momentum Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Mei,marilah kita pupuk kembali rasa Nasionalisme kita yang sepertinya mengering dan menurun.Mungkin kenyataan inilah melahirkan kritik para jenderal Purnawirawan tentang rasa Nasionalisme masyarakat yang cenderung menurun,tetapi kemiskinan terus meningkat selama kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (running teks metro tv,15/05/07) .

Sikap tegas Iran menangkap 15 marinir Inggris karena memasuki wilayah lautnya tanpa ijin.Tindakan itu melambangkan rasa Nasionalisme dan ketegasan mereka terhadap siapapun /Negara manapun yang melanggar wilayah hukumnya.

Rasa Nasionalisme yang tinggi membuat mereka berani menangkap para marinir inggris ,Padahal secara militer dan politik internasional Iran sangat jauh dibanding dengan inggris . Insiden tersebut tentu membuat pemerintah inggris marah namun Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad malah mendesak Inggris minta maaf kepada rakyat Iran.

Melalui berbagai perundingan dan diplomasi yang tertutup akhir para mariner inggris tersebut akhirnya dibebaskan. Tapi melalui peristiwa itu Iran makin disegani dan dihormati oleh bangsa lain didunia internasional karena ketegasannya.

Hal ini juga pernah terjadi pada bangsa /pejuang Indonesia ketika harus melawan penjajah.Pada waktu itu para pejuang tidak peduli dengan kalah dari segi persenjataan /militer dan politik tapi dengan rasa nasionalisme yang besar akhirnya dapat memenangkan pertempuran yang kemudian berbuah kemerdekaan.

Belajar dari Iran dalam memelihara wilayah hukumnya,ada baik kita juga tegas terhadap para pelanggar wilayah.Hal itu dapat kita wujudkan dengan menangkap atau menahan para pelanggarnya seperti kejadian diwilayah Ambalat.Sebab disana sering terjadi pelanggaran oleh pihak Malaysia, demikian yang sering kita dengar dan baca melaui berbagai media.

Tetapi sebelum kita dapat bertindak tegas,apakah memang wilayah tersebut betul wilayah hukum kita atau masih ada masalah dengan kepemilikannya.? Dalam hal ini Pemerintah sebaiknya lebih transparan kepada rakyat akan status wilayah tersebut.Sebab kita tidak ingin Kasus sipadan dan Ligitan yang kita klaim sebagai wilayah kita, namun pada akhirnya bukan milik kita lagi ketika diputuskan melalui persidangan internasional di Denhag.

Kita Berharap Kepada pemerintah agar segera menyelesaikan tentang masalah perbatasan Negara.Sebab sebagaimana kita ketahui masalah isu perbatasan sangat sensisif dengan rasa nasionalisme.

Kalau kita pelajari Perbatasan Darat kita dengan Malaysia ,mulai dari Tanjung Datu Kalimantan Barat hingga Sebatik Kalimantan Timur sepanjang 2004 km,dengan Papua Nugini,770 km,Timor Leste 300 km masih ada masalah.

Seperti halnya perbatasan darat,perbatasan laut juga masih ada masalah.Misalnya untuk batas Zona Ekonomi eksklusif (ZEE) 70% masih belum diakui oleh Negara tetangga seperti Timor Leste,Kep.palau.philipina,India Vietnam dan Thailand.Sedangkan dengan Papua Nugini dan Australia sudah selesai.

Rasa Nasionalisme/kepentingan Negara Patut lebih diutamakan dalam membuat sebuah kesepakatan dengan Negara lain/korporasi asing .Kita tidak ingin rasa nasionalisme dikalahkan oleh alasan lain yang lebih bersifat keuntungan secara materi.Apalagi lagi keputusan kerjasama atau kesepakatan hanya menguntungkan pihak –pihak tertentu saja dan bukan untuk kemaslahatan bangsa dan Negara.

Sebagai contoh, ijin ekspor pasir merugikan kita dan hanya menguntungkan mereka yang terlibat dalam bisnis tersebut.sementara sebagian pulau kita mulai tenggelam sebagai dampaknya.

Sementara itu Perjanjian kerjasama Pertahanan kita dengan Singapura telah ditanda tangani di Istana tampak Siring Bali.Dari perjanjian tersebut mengijinkan dan menyediakan wilayah untuk pihak angkatan bersenjata singapura latihan tempur.Dan pihak Singapura juga boleh mengajak pihak ketiga dalam latihan tersebut,namun atas ijin pihak Indonesia dulu.

Karuan saja hal ini menuai kritik dari anggota DPR dan berbagai pihak di Masyarakat.Misalnya direktur eksekutif pacivis Universitas Indonesia Andi Widjajanto menyatakan,Tak ada hal baru yang menguntungkan Indonesia dalam kerjasama itu.Dan akses teknologi persenjataan masih bisa kita dapat dengan cara lain.
DPR kita harapkan lebih berhati-hati sebelum meratifikasi perjanjian pertahanan tersebut.jangan sampai Rasa Nasionalisme kita terus turun hingga ketitik nadir.Marilah kita pelihara Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan rasa Nasionalisme yang tinggi dan ketegasan yang berujung pada kewibawaan Bangsa dan Negara .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar