MEDIA PUBLIK - JAKARTA. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam merilis foto pelaku bom bunuh diri Gereja Bethel Injil Sepenuh Solo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (27/9/2011).
Setelah melakukan tes sidik jari, fisik dan DNA, pelaku dipastikan adalah Pino Damayanto alias Ahmad Urip alias Ahmad Yosepa alias Hayat yang juga merupakan salah satu DPO Polri terkait kasus bom Cirebon. Dalam aksinya tersebut 14 jemaat gereja terluka sedangkan pelaku menjadi satu-satunya orang yang tewas dan pada saat itu pelaku membawa minyak wangi dan cermin.
Keluarga Pino Damayanto alias Ahmad Urip alias Ahmad Yosepa alias Hayat (31), pelaku bom Solo, meminta maaf kepada masyarakat, khususnya para korban bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton (GBIS Kepunton), Kota Solo, hari Minggu lalu.
Permintaan maaf disampaikan Nurlan HN, anggota Tim Pembela Muslim (TPF), setelah pemakaman di Taman Pemakaman Pondok Rangon, Selasa (27/9/2011) sore. Lelaki ini mendampingi keluarga Hayat sejak rumah sakit hingga pemakaman.
"Saya mewakili keluarga (Hayat) memohon maaf, karena ada kejadian seperti ini. Kami tidak tahu akan ada kejadian yang tidak pernah diduga. Setelah tahu, keluarga meminta maaf, ibu kandungnya masih shock, terus menangis, dan tak bisa berkata-kata," ujar Nurlan" katanya.
Nurlan juga menjelaskan, keluarga merasa kaget dengan peristiwa ini. Ibu Hayat, Hindun, bahkan menangis di kamar jenazah hingga pemakaman. Perempuan itu memilih tetap berada dalam mobil, saat jenazah dikebumikan.
Setelah diuji forensik, otopsi, dan tes DNA, dan kepastian itu diumumkan Markas Besar Polri, Selasa pagi. jenazah lantas dimakamkan di TPU Pondok Rangon.
Sebelumnya Mabes Polri mengakui telah mendapat informasi Badan Intelijen Nasional (BIN) tentang rencana ledakan bom di Solo, Jawa Tengah, dan Ambon, Maluku, beberapa waktu sebelum kejadian. Polri menegaskan sudah menindaklanjuti informasi tersebut, meski akhirnya bom bunuh diri meledak di Solo.
"Informasi dari BIN kita tindaklanjuti. Kita lakukan upaya maksimal. Tetapi aksi pelaku tidak terdeteksi. Metode yang mereka gunakan tidak lagi memakai handphone, tapi bertemu langsung," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Anton Bachrul Alam di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (27/9).
Informasi intelijen menyebut ada indikasi orang-orang yang disiapkan sebelum bom Cirebon akan beraksi. Solo dan Ambon menjadi sasaran berikutnya.
Bom bunuh diri terbukti terjadi di Gereja Injil Bethel Sepenuh (GBIS), Kepunton, Solo, Jawa Tengah, Ahad kemarin. Pelaku adalah Ahmad Yusefa alias Hayat, satu dari lima buronan kasus bom di Masjid Adz-Zikra, Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, 5 April 2011.
Hayat menempelkan bom di perutnya. Ia kemudian menyusup ke gereja dan membaur bersama jemaat. Usai kebaktian, Yusefa meledakkan bom. Ia tewas dengan luka parah di perutnya, sementara 27 jemaat gereja luka-luka.
Sebelum bom Solo, dua bom juga meledak di dua tempat berbeda di Ambon. Tepatnya pada 21 dan 25 September. Kemudian pada 26 September, polisi kembali menemukan bom di depan Gereja Maranantha. Terakhir, tadi malam bom kembali ditemukan di depan sebuah gereja.
Meski mengaku belum menemukan keterkaitan antara bom Solo dan bom Ambon, Anton mengatakan jenis bom di kedua kota tersebut sama. "Semua barang bukti sama. Artinya, bomnya sama bom rakitan. Ini sedang dipelajari," kata Anton.(TIM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar